Graduasi Kemiskinan 2.000 KPM di Brebes Siap Hidup Mandiri
0 menit baca
Hal itu ditandai dengan acara Graduasi Sukses Brebes Beres di Gedung Serbaguna Islamic Center, Kabupaten Brebes pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Kegiatan itu dihadiri langsung oleh Wakil Menteri Sosial (Wamensos), Agus Jabo Priono; Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K.; Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma; dan pejabat lainnya.
Sebagai informasi, graduasi kemiskinan adalah program dari Kementerian Sosial untuk meluluskan warga penerima bansos Program Keluarga Harapan (PKH). Graduasi dilakukan, karena kondisi sosial ekonomi masyarakat sudah meningkat dan dianggap mampu, sehingga tidak lagi memerlukan bansos.
"Sebelumnya Kemensos melakukan graduasi di Malang dan UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta, tetapi di Brebes ini peserta graduasinya terbanyak se-Indonesia.
Kami sampaikan hormat pada Pak Gubernur, Bupati, dan juga pendamping PKH," kata Wamensos, Agus Jabo, di sela acara.
Sebelumnya, 2.000 KPM ini menerima bansos dengan jangka waktu yang beragam, bahkan ada yang sampai lima tahun.
Mereka ternyata merasa tidak nyaman, apabila terus menerus berstatus miskin dan menerima bantuan, sehingga para warga berupaya untuk mengembangkan usaha secara mandiri.
Kini saat usahanya sudah berhasil, mereka telah "lulus" dari kemiskinan dan mengikuti proses graduasi.
Wamensos menyampaikan, banyaknya peserta graduasi kemiskinan di Brebes ini bukan tanpa alasan. Hal ini bisa dicapai karena Gubernur Jateng membuktikan konsistensinya dalam menurunkan angka kemiskinan, bahkan saat belum dilantik oleh Presiden.
"Sebelum Pak Gubernur ini dilantik, sudah datang ke kantor Kemensos dua kali.
Tujuannya mengajak sinergi antara Kemensos dan Pemprov Jateng dalam rangka pengentasan kemiskinan," ujarnya.
Ia menjelaskan, penuntasan kemiskinan menjadi prioritas pemerintah. Presiden juga sudah memerintahkan, kemiskinan ekstrem di Indonesia harus 0 persen pada tahun 2026. Tak hanya itu, jumlah keseluruhan warga miskin di Indonesia, jumlahnya harus di bawah angka 5% pada tahun 2029.
Pada kesempatan itu, Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K., mengatakan, graduasi 2.000 KPM ini menjadi tanda bahwa semua elemen sudah bekerja keras dan saling membantu. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga pihak swasta dan masyarakat.
Menurutnya, masyarakat menjadi kunci utama dalam penuntasan kemiskinan, karena mereka memiliki tekad untuk meningkatkan taraf hidup/kesejahteraannya.
Saat ini, penurunan angka kemiskinan di Jateng cukup signifikan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Jateng pada Maret 2025 sebesar 9,48%, atau mengalami penurunan sebanyak 0,10% dibandingkan September 2024.
Gubernur menekankan, upaya penuntasan kemiskinan tidak bisa dilakukan dari satu sektor, tetapi butuh keterlibatan dari banyak pihak.
Ia mencontohkan, warga penerima bansos harus dipastikan memiliki pekerjaan. Maka dari itu, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) diterjunkan untuk menangani persoalan tersebut. Intervensi yang dilakukan dengan mengadakan pelatihan keterampilan di Balai Latihan Kerja (BLK), menyelenggarakan Job Fair dengan menggandeng banyak perusahaan, dan lain sebagainya.
Tak hanya itu, apabila tempat tinggal KPM tergolong Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), maka dinas terkait perlu melakukan intervensi dengan memberikan bantuan perbaikan. Begitu juga dengan anak-anak mereka, yang harus dipastikan mendapatkan akses dan jaminan pendidikan yang layak.
"Output (hasil) pembangunan wilayah adalah kesejahteraan masyarakat. Namun untuk melakukannya, (semua pihak) harus berkolaborasi. Kita keroyok bareng-bareng," ucap Gubernur.
Salah satu peserta graduasi kemiskinan di Brebes, Setia Puji, mengaku bahwa ia menerima bansos dari tahun 2020-2025. Ia sempat tidak memiliki penghasilan usai kembali dari ibu kota. Kemudian, Setia bertekad untuk mengembangkan usaha bakso keliling. Kini usahanya semakin berkembang, dan ia mampu mencukupi kebutuhan keluarganya sendiri.
"Bantuan yang diberikan kemarin sangat meringankan beban kami. Akan tetapi, motivasi saya (harus) bisa mandiri. Kini ekonomi kami lebih mampu," katanya
Editor : Rudiono.