Menakar Ambisi di Dunia Pendidikan : Jalan Lurus atau Jalan Pintas
0 menit baca
Oleh : Susilo Hadi P. S.Pd.,MSI
SUARA BERSATU.co - Keinginan dan ambisi dalam dunia pendidikan sebenarnya bukan hal yang salah. Guru atau tenaga kependidikan yang memiliki semangat untuk memajukan sekolah dan menduduki jabatan strategis di sekolah menandakan adanya semangat dan memiliki motivasi yang tinggi untuk berkontribusi lebih besar.
Namun, ambisi ini menjadi masalah ketika berubah menjadi ambisius yang tidak sehat menghalalkan segala cara, kawan sendiri ditlikung bahkan dijatuhkan namanya dihadapan kepala dengan menjual dirinya demi mendapatkan posisi yang diinginkan.
Di lingkungan sekolah, jabatan seperti kepala sekolah, wakil kepala, atau jabatan- jabatan lain terkait program sekolah memang memiliki tanggung jawab penting.
Di dunia pendidikan memang , ambisi dan etos kerja tidak bisa disamakan keduanya memiliki perbedaan. Ambisius lebih mengarah pada keinginan yang menggebu- gebu untuk mendapatkan posisi.
Sementara etos kerja adalah semangat dan memiliki dedikasi tinggi dalam menjalankan tugas sesuai perannya masing- masing. Guru dan tenaga pendidik yang memiliki etos kerja tinggi akan selalu konsisten bekerja dengan sungguh sungguh meski tidak menduduki jabatan.
Sebaliknya guru dan tenaga pendidik yang sangat ambisius terhadap jabatan di sekolah, justru orang seperti ini akan lupa terhadap substansi pekerjaannya demi mengejar posisi dan pengaruh.
Sekolah mestinya memberi ruang bagi orang - orang yang memiliki etos kerja dan integritas yang tinggi.
Bukan sekedar membangun citra , menjual muka dihadapan pimpinan dengan cara menusuk kawan seiring, padahal tidak memiliki kemampuan. Ini pemikiran yang idealis namun tidak semua diukur secara normatif dan idealis .
Masih ada juga jabatan yang diperoleh dengan cara pendekatan yang tidak rasional tetapi masih bisa menduduki posisi padahal tidak memiliki etos kerja.
Kalau mau jualan pemikiran untuk mendapatkan posisi bangunlah integritas, bangunlah etos kerja, bangunlah kompetensi, bangunlah dedikasimu.
Jabatan akan diberikan kepada orang yang layak dan terbukti mampu bekerja bukan yang sering menuntut bahkan sering menyalahkan kebijakan pimpinan tanpa berdasar.
Mengkritik sah- sah saja untuk memajukan sekolah namun sebatas tidak terlalu banyak mengintervensi kebijakan kebijakan yang sudah baik. Ambisi boleh dimiliki tetapi harus dibingkai dengan kerja nyata dan sekali lagi membangun integritastanpa itu semua ambisi hanya menjadi fatamorgana serta bayang- bayang ego yang akan merusak ekosistem pendidikan.
Jika seseorang terlalu ambisius untuk mengejar jabatan tanpa dibarengi kompetensi, tidak punya kemampuan, tanpa etika, dan niat yang tulus, maka yang terjadi justru kegaduhan, konflik internal, bahkan menurunnya mutu pendidikan.
Ambisius jabatan sering kali menimbulkan intrik, saling menjatuhkan, hingga sikap individualistis yang merusak harmoni tim kerja. Padahal, sekolah adalah tempat mencetak karakter generasi bangsa. Bagaimana kita bisa mempersiapkan dan mengantar anak didik kita untuk menjadi manusia yang berguna bagi agama , negara, dan bangsa.Bagaimana kita bisa mendidik siswa tentang integritas dan kerja sama, jika para pendidiknya justru sibuk bersaing secara tidak sehat demi jabatan?
Sebaliknya, jika ambisi terhadap jabatan didasarkan pada niat mulia untuk memperbaiki sistem, meningkatkan kualitas layanan pendidikan, dan memajukan sekolah, maka ambisi tersebut patut dihargai. Asalkan prosesnya dilakukan secara profesional, terbuka, dan berorientasi pada kemaslahatan bersama.
Sudah saatnya dunia pendidikan menjadi ladang pengabdian, bukan arena pertarungan ego. Jabatan di sekolah seharusnya menjadi amanah, bukan alat prestise pribadi. Karena pada akhirnya, kualitas pendidikan tidak ditentukan oleh siapa yang berkuasa, tetapi oleh siapa yang benar-benar bekerja dengan hati.